Assalamu'alaikum wr. wb.,

Terima kasih atas waktunya telah bergabung dengan Blog ini... Semoga bermanfaat!

Jumat, 31 Juli 2009

Orang Palembang

Dalam rangka mempopulerkan Sumatera Selatan sebagai tujuan wisata nasional, maka saya ingin menjelaskan tentang orang Palembang. Tujuannya, agar para sahabat yang mengunjungi bumi Sriwijaya itu tidak “salah persepsi” terhadap masyarakat Palembang. Agar tidak terjadi miskomunikasi dan salah pengertian terhadap orang Palembang.

Pertama, orang Palembang sering mengekspresikan dirinya sebagai orang kuat (lebih kuat daripada Limbad he3x), karena ‘paku’ dan ‘keris’ sering dibikin sebagai sayuran. “Paku”, bahasa Palembang, berarti pakis dan “keris” adalah jagung muda (putik jagung). Bagi orang Palembang, jangankan paku dan keris, kapal selam juga jadi sarapan. “Kapal selam”, saya yakin semua sudah tahu, yaitu mpek-mpek yang isinya telur.

Kedua, orang Palembang tidak takut dengan binatang dan apapun yang galak, bahkan sangat senang dengan cewek/cowok galak. Maka kalau para sahabat yang galak datanglah ke Palembang, pasti akan disambut dengan suka-cita…. Galak, berarti mau, suka, atau doyan. Maka kalau di sana, sahabat akan sering ditanya, “galak dak….?” . Sebaliknya, orang Palembang sangat benci pada orang yang “berbudi – di Palembang dibaca “bebudi”. Di sana, “bebudi” artinya menipu. Inilah mengapa semboyan “SBY Berbudi” terpaksa diganti menjadi “SBY Budiono”.

Ketiga, di Palembang tidak mungkin ada kasus perbudakan, karena orang Palembang sangat sayang pada budak. “Budak”, artinya anak kecil. Siapa sih yang tidak sayang pada anak kecil? Maka di Palembang tidak mungkin ada “budak nafsu”, karena kalau masih budak tentu belum ada nafsu he….

Keempat, kalau ke Palembang jangan sekali-kali terucap kata “ngacok”, walau sahabat dalam keadaan kesal. Orang Palembang sangat jengah mendengar kata itu dan bagi mereka sangat tabu untuk diucapkan. “Ngacok”, bahasa Palembang berarti melakukan senggama. Maka kalau ada orang mengucapkan “ngacok umakmu”, pasti ujungnya berkelahi, bisa jadi sampai berakhir dengan pembunuhan.

Kelima, kalau sahabat mau naik kenderaan umum, tidak usah ragu kalau disarankan “naik taksi”. Ongkos taksi di sana sama dengan ongkos angkot, karena orang Palembang sering menamai angkot itu dengan “taksi”. Misalnya sahabat disarankan, naik taksi dari Ampera ke Tanggo Buntung, artinya naik angkot dari Jembatan Ampera menuju Terminal Tangga Buntung. Namun kalau naik “taksi”, jangan heran kalau sopirnya bilang mau nunggu atau mau mencari pesisir. Si sopir bukan sedang menungu atau mencari pantai, karena “pesisir” artinya penumpang.

Semoga tulisan ini dapat membantu sahabat menikmati wisata di bumi “wong kita”. Juga bisa santai bersama orang Palembang dalam menikmati berbagai penganan khas Palembang: sambal tampoyak, pindang Meranjat, pepes lais, dan aneka mpek-mpek: mpek-mpek dos, lenjer, bakar, jangat, lenggang, tekwan, dan kapal selam!

Tidak ada komentar: