Oleh Abdurrahman, MS
A.PENDAHULUAN
1.Pengertian Jurnalistik
Kata jurnalistik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda Jurnalistiek. Bahasa Inggrisnya Journalism. Baik Jurnalistiek maupun Journalism berasal dari bahasa Latin, diurnalis (Hoeta Soehoet, 1990 :1). Secara harfiah jurnalistik atau jurnalisme berarti pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam suratkabar, dan sebagainya (Moeliono, et all., 1990 :370).
Dalam konteks komunikasi, jurnalistik diartikan sebagai “cara penyampaian pesan menggunakan media massa periodik. Media massa periodik adalah singkatan dari media komunikasi massa, merupakan alat perantara dalam penyampaian pesan (message) kepada banyak massa. Massa di sini artinya adalah banyak orang, tersebar luas, heterogen (beragam), dan anonim (tidak semua bisa dikenali).
Media massa periodik adalah media massa yang terbit atau disiarkan secara teratur pada waktu yang tetap sebagaimana telah ditentukan sebelumnya, misalnya tiap jam, tiap hari, tiap minggu, dan sebagainya.
2.Ruang Lingkup Jurnalistik
Dari batasan tentang jurnalistik di atas terlihat bahwa ruang lingkup jurnalistik berhubungan dengan kegiatan penyampaian pesan melalui media massa periodik (suratkabar, majalah, tabloid, bulletin, radio, televisi, on line). Dengan demikian, kegiatan penyampaian pesan melalui media yang bukan media massa, misalnya surat, telegrap, telepon, faximail, dan sejenisnya tidak termasuk lingkup jurnalistik. Juga penyampaian pesan melalui media massa non periodik, seperti spanduk, poster, pamplet, leaflet, folder, billboard, booklet, buku, dan sejenisnya tidak termasuk kajian jurnalistik.
B.KEGIATAN DAN PEKERJAAN JURNALIS
1.Kegiatan Jurnalistik
Donald Peneth (1983 :239). mengatakan, kegiatan jurnalistik mencakup kegiatan mencari, mengolah, dan menyebarluaskan berita dan informasi, fakta dan pendapat yang menarik perhatian. Pendapat ini senada dengan Harimurti Kridalaksana (1984 :44), yang mengatakan, bahwa pekerjaan jurnalistik mencakup pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk media massa periodik.
Dengan demikian, kegiatan jurnalistik mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian berita dan pendapat melalui media massa periodik. Mulai dari kegiatan mencari dan mengumpulkan fakta, mengolah fakta tersebut menjadi berita (news) dan pendapat (opinion), serta menyebarluaskan berita dan pendapat tersebut melalui media massa periodik. Kegiatan tertsebut persis sebagaimana digambarkan Frazer Bond (1969 :1), yaitu suatu kegiatan penyampaian informasi dari sini ke sana dengan akurat, dapat dipahami, serta cepat.
Orang yang melaksanakan kegiatan jurnalistik disebut Jurnalis atau Wartawan. Jadi, semua orang yang bertugas menyampaikan berita dan pendapat melalui media massa periodik adalah wartawan. Kegiatan mereka itu mencakup tugas mulai dari mencari dan mengumpulkan fakta, tugas mengolah/menulis faktak itu menjadi berita atau pendapat, serta menyampaikan/menyiarkan berita dan pendapat tersebut dalam media massa periodik.
2.Tugas Jurnalis/Wartawan
Dari penjelasan tentang kegiatan jurnalistik di atas terlihat, tidak semua kegiatan di media massa periodik termasuk kegiatan jurnalistik. Kegiatan Jurnalistik hanyalah menyangkut pekerjaan yang berhubungan dengan tersiarnya berita dan pendapat.
Pada media massa periodik, tanggung jawab terhadap berita dan pendapat merupakan pekerjaan bidang redaksi. Dengan demikian tugas Jurnalis/Wartawan hanyalah menyangkut semua kegiatan di bidang redaksi.
Pada media cetak, mereka yang melaksanakan tugas penyampaian berita dan pendapat terdiri dari: 1) Pemimpin Redaksi (Pimred), 2) Wakil Pemimpin Redaksi (Wapimred), 3) Redaktur Pelaksana (Redpel), 4) Sekretaris Redaksi, 5) Redaktur, dan 6) Reporter/koresponden.
a.Pemimpin Redaksi (Pimred), bahasa Inggrisnya Chief Editor, bertugas memimpin semua pelaksanaan tugas bidang redaksi dan bertanggung jawab atas semua isi redaksional. Dalam melaksanakan tugasnya, Pimred dibantu oleh (Wapimred). Jumlah Wapimred disesuaikan dengan keperluan di tiap media massa tersebut, biasanya hanya ada satu Wapimred.
b.Redaktur Pelaksana (Redpel), bahasa Inggrisnya Managing Editor, bertugas memimpin pelaksanaan tugas redaksional sehari-hari. Redpel inilah yang mengatur pelaksanaan tugas-tugas para redaktur di bawahnya. Tugas Redpel ini sangat berat, dia bertanggung jawab atas tersedianya bahan yang memenuhi syarat untuk disiarkan di media massa yang bersangkutan. Pada media massa televisi, seperti RCTI, Redpel disebut sebagai Koordinator Liputan
Jumlah Redpel di tiap media massa disesuaikan dengan kebutuhan di media massa tersebut. Sebagai contoh, suratkabar Kompas, sebuah suratkabar nasional yang besar dengan pelaksanaan tugas sangat beragam hanya memiliki seorang Redpel. Sedangkan suratkabar Suara Pembaruan memiliki tiga Redpel, yaitu Redpel Perolehan, Redpel Penyuntingan, dan Redpel Opini.
c.Redaktur atau Editor, bahasa Inggrisnya Desk Editor melaksanakan tugas penyuntingan sesuai dengan bidang tugas yang dipercayakan kepadanya. Tugas redaktur berita biasanya disesuaikan dengan bidang masalah yang diberitakan, misalnya redaktur olahraga, politik, dan sebagainya. Ada juga tugas tersebut berdasarkan cakupan wilayah berita, misalnya Metropolitan, Daerah, dan Luar Negeri. Sedangkan untuk redaktur opini disesuaikan dengan jenis tulisan opini, misalnya redaktur feature, karikatur, artikel, cerita, dan sebagainya.
d.Reporter dan Koresponden melaksanakan tugas pencarian dan pengadaan fakta untuk bahan berita. Yaitu menyaksikan peristiwa yang dianggap pantas untuk diberitakan. Juga menemui orang-orang tertentu yang diyakini layak untuk diminta keterangan atau pendapatnya sebagai sumber berita. Perbedaan Reporter dan Koresponden terletak pada basis tugas mereka. Reporter bertugas di kantor pusat, sedangkan Koresponden adalah bertugas di daerah lain atau di luar negeri.
e.Sekretaris Redaksi, tugasnya menerima naskah berita dan pendapat, terutama dari luar redaksi, menyeleksi naskah tersebut, lalu menyerahkan kepada redaktur yang relevan.
Semua orang yang berprofesi sebagai wartawan memulai karirnya sebagai reporter/koresponden. Bahkan ada wartawan yang tetap memilih sebagai reporter meskipun mempunyai peluang untuk menjadi Redaktur atau Redaktur Pelaksana.
C. HASIL KERJA DAN KARYA JURNALISTIK
1.Hasil Kerja Jurnalistik
Seperti dijelaskan di ban sebelumnya, bidang tugas jurnalistik berhubungan dengan pekerjaan redaksional media massa. Maka hasil kerja jurnalistik merupakan isi redaksional media massa. Ciri khas isi redaksional adalah pemuatannya selalu atas pertimbangan kepentingan sebagian besar khalayak. Bukan untuk kepentingan kelompok tertentu, apalagi untuk kepentingan wartawan atau penulis.
Bagi media massa cetak, isi redaksional biasanya lebih banyak daripada isi lainnya. Hal ini karena pada media massa cetak yang dijual adalah isi redaksional tersebut. Orang membeli suratkabar atau majalah karena ingin membaca berita dan pendapat yang dimuat dalam media tersebut. Semakin layak jual isi redaksionalnya, semakin laku media massa tersebut. Semakin banyak tiras suratkabar/majalah yang bersangkutan.
Biasanya, semakin banyak tiras media tersebut, semakin mudah mereka menggaet pemasang iklan. Semakin banyak suatu media massa berhasil menggaet pemasang iklan, semakin besar kemampuan perusahaan media massa tersebut dalam menyediakan sarana dan prasarana bagi wartawannya. Juga semakin besar kemampuan perusahaan untuk menaikkan kesejahteraan karyawan media massa yang bersangkutan.
2.Karya Jurnalistik
Meskipun isi bidang redaksi merupakan hasil karya para jurnalis/wartawan, namun tidak semua isi bidang redaksi tergolong karya jurnalistik. Pemuatan non karya jurnalistik di media massa karena karya tersebut diperkirakan dapat menarik perhatian banyak orang. Non karya jurnalistik biasanya berfungsi sebagai hiburan. Contohnya adalah cerita pendek, cerita bersambung, puisi/sajak, teka-teki silang, ramalan bintang, dan lain-lain.
Ciri karya jurnalistik adalah selalu berdasarkan fakta. Sedangkan non karya jurnalistik, meskipun idenya dari fakta, namun fakta tersebut sudah difiksikan. Penyajian tiap karya jurnalistik terikat oleh kaidah-kaidah yang berlaku dalam dunia jurnalistik, baik susunan (struktur) penyajian maupun bahasa yang digunakan.
Karya jurnalistik menurut isinya terdiri dari Berita dan Pendapat. Beda berita dengan pendapat adalah:
a.Berita merupakan laporan penulisnya (wartawan) dari fakta yang ia lihat (peristiwa) dan atau fakta yang ia dengar (pendapat manusia lain), sedangkan pendapat merupakan buah pikiran wartawan atau penulis tentang sesuatu persoalan.
b.Penyampaian berita terikat pada waktu. Oleh karena itu penulisan berita selalu menyebutkan dimana dan kapan bahan berita tersebut diliput (diperoleh) oleh reporter.
Di samping berita dan pendapat, ada lagi karya jurnalistik yang tidak bisa digolongkan sebagai berita maupun pendapat. Karya seperti ini bukan merupakan laporan tentang fakta, juga bukan merupakan buah fikiran penulisnya. Karya ini tetap merupakan fakta (umumnya fakta pendapat) sebagaimana adanya, namun tersebarnya karya tersebut di media massa tidak lepas dari peran atau pelaksanaan tugas para jurnalis.
Pada media massa elektronik, karya jurnalistik seperti ini contohnya adalah diskusi panel dan wawancara langsung. Sedangkan di media massa cetak, contoh karya jurnalistik seperti ini adalah tulisan hasil wawancara yang dimuat apa adanya dalam bentuk pertanyaan dan jawaban. Contoh lain dari fakta berita adalah jadual acara televisi. Karya jurnalistik seperti ini dinamakan Fakta Berita.
Berita
Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa dan atau pendapat. Di media cetak laporan tersebut bisa dalam bentuk tulisan, foto, tulisan disertai foto atau gambar, atau foto/gambar yang disertai tulisan. Di media radio laporannya hanya suara (kata-kata, kata-kata disertai efek suara atau musik). Sedangkan di media televisi, laporannya dalam bentuk suara dan gambar (Rahman, 1993).
Menurut sumbernya, berita dapat dibagi tiga macam: 1) Berita Peristiwa, yaitu berita yang disusun berdasarkan peristiwa yang disaksikan dan dirasakan oleh reporter/koresponden, 2) Berita Pendapat, yaitu berita yang disusun berdasarkan pendapat manusia lain yang didengar atau dibaca oleh reporter/koresponden. Pendapat manusia lain tersebut bisa jadi pendapat satu orang dan bisa juga pendapat dari banyak orang, dan 3) Berita Peristiwa dan Pendapat, bila berita tersebut berisi mengenai peristiwa dan pendapat manusia lain sekaligus.
Editorial, sering juga disebut sebagai tajuk rencana atau induk karangan. Ada juga yang menyebutnya sebagai induk opini. Biasanya tajuk rencana ditulis oleh pemimpin redaksi atau oleh wartawan senior yang memahami benar visi dan misi media massa yang bersangkutan. Penulis tajuk rencana juga haruslah orang yang mengusai benar masalah yang ditajukkan. Tulisan Editorial ini meskipun ditulis oleh satu orang (Pemeimpin redaksi, Redatur pelaksanan, Redaktur atau penulis yang ditugaskan secara khusus), namun isinya mencerminkan (mewakili) pendapat resmi dari media massa yang bersangkutan.
Menurut Sandman, Rubin, dan Sachman (1982:277), tajuk rencana yang baik memaparkan pandangan dan pendirian yang tegas, dan berusaha meyakinkan pembaca bahwa apa yang dikemukakan itu benar, berdasarkan fakta, logis, dan terkadang dengan emosi yang terkendali.
Karikatur adalah gambaran tentang kejadian atau persoalan yang sedang hangat di masyarakat yang dilukiskan melalui gambar yang dilebih-lebihkan sehingga terkesan lucu. Sama dengan tajuk rencana, karikatur dimuat secara teratur di media massa (misalnya Rubrik Om Pasikom di Kompas), berisi kritik sosial. Meskipun karikatur dilukis oleh satu orang, tapi merupakan pendapat resmi media massa yang bersangkutan.
Pojok sesuai dengan namanya merupakan tulisan singkat yang ditempatkan di pojok halaman. Tulisan Pojok terutama hanya terdapat di suratkabar Harian, merupakan tulisan yang ditempatkan pada kolom khusus (tetap). Pojok hanya berisi dua kalimat, terdiri dari kalimat pernyataan dan kalimat tanggapan.
Kalimat pernyataan merupakan kutipan secara singkat tentang peristiwa atau persoalan yang sedang hangat di masyarakat. Sedangkan kalimat tanggapan berisi komentar singkat dari redaksi media massa yang bersangkutan terhadap peristiwa maupun persoalan tersebut. Kalimat tanggapan dari redaksi tersebut bisa berupa dukungan, tantangan, atau pertanyaan terhadap masalah yang dikemukakan dalam kalimat pernyataan.
Artikel merupakan karangan (hanya ada dalam media massa cetak) yang berisi analisis penulisnya terhadap suatu persoalan/keadaan yang terjadi di masyarakat, atau berisi hasil pemikiran baru dari penulisnya yang ingin ia sebarluaskan kepada khalayak.
Seperti dikemukakan Jakob Oetama (1989:233), artikel mengupas suatu masalah secara lebih panjang karena disertai kelengkapan data. Kalau diamati, tulisan artikel di media massa, karena panjangnya, sering harus bersambung ke halaman lain. Bahkan ada artikel yang bersambung ke terbitan berikutnya sampai dua tiga hari terbitan.
Feature disebut juga sebagai karangan khas, yaitu jenis karya jurnalistik yang merupakan hasil kreativitas penulisnya dari pengamatannya terhadap fakta, disayajiakan sedemikian rupa dengan lebih menonjolkan unsur manusiawi. Dengan demikian dalam feature memungkinkan penulisnya memasukkan unsur subjektivitas. Subjektivitas penulis tersebut, menurut Mappatoto (1992:1) tercermin dalam pemaparannya berupa hasil pemahaman atau tafsirannya terhadap bahan karangan. Isi tulisan feature bisa mengenai ilmu pengetahuan, pariwisata, profil seseorang, sejarah, petunjuk mengerjakan sesuatu (how to do it), dan sebagainya.
Menurut Pratikto (1984:16), tulisan feature terutama bersifat ringan, menghibur, menyenangkan; merangsang dan menimbulkan rasa emosional, perasaan, imajinasi pembaca; memberi, menambah, dan meningkatkan informasi tentang kejadian atau peristiwa, masalah, gejala, proses, aspek-aspek kehidupan, termasuk juga latar belakang..
Kolom hampir sama dengan artikel, yaitu merupakan analisis penulisnya terhadap suatu peristiwa atau persoalan. Beda antara kolom dengan artikel, seperti dikemukakan oleh Oetama (1989:233),yaitu kolom membahas masalah yang fakta dan datanya telah termuat dalam berita. Karena itu, data dan fakta tersebut tidak diulangi secara lengkap, sekedar yang relevan atau konteksnya saja. Kolom juga mendekati tajuk, bedanya, kolom disertai nama penulis.
Dibandingkan dengan artikel, Kolom lebih singkat dan tulisannya tuntas dalam satu halaman cetak, tidak pernah bersambung ke halaman lain, apalagi bersambung ke terbitan berikutnya. Kolom juga hampir sama dengan feature. Seperti didefinisikan oleh Guralink (1982:282), kolom merupakan seri dari atikel feature yang ditampailkan secara teratur di bawah sebuah judul tertentu di suratkabar atau majalah ditulis oleh penulis khusus. Daya tarik kolom biasaya tergantung sekali pada daya tarik penulisnya. Contoh tulisan kolom di media massa adalah Rubrik Asal Usul di suratkabar Kompas Minggu dan Nah Ini Diah di suratkabar Pos Kota.
Surat Pembaca digolongkan sebagai karya jurnalistik karena redaksi sangat berperan dalam menentukan tersajinya surat pembaca tersebut dalam media massa. Redaksi berperan menentukan panjang pendeknya tulisan serta bahasa yang digunakan. Sehingga surat pembaca yang dikirim penulisnya dalam tiga halaman, terkadang cukup dimuat dengan dua kalimat saja, dengan gaya bahasa yang berbeda dengan gaya surat aslinya. Namun jika ada media massa yang tidak mengedit lagi surat pembacanya, maka surat pembaca yang dimuat tersebut tidak dapat digolongkan sebagai karya jurnalistik.
3.Prinsip Karya Jurnalistik
Karya jurnalistik tidak hanya dihasilkan oleh wartawan, tapi bisa juga disusun oleh penulis lepas. Karya penulis lepas ini akan dimuat jika sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh redaksi media massa yang akan memuat tulisan tersebut.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menulis karya jurnalistik adalah sebagai berikut:
a.Karya jurnalistik dimuat atas dasar kepentingan sebagian besar khalayak. Seperti dikemukakan Berelson dan Steiner (1954:212), manusia cenderung untuk melihat dan mendengar hal-hal yang menguntungkan dan sesuai dengan kecenderungan mereka. Maka dalam memilih persoalan hendaknya benar-benar berhubungan dengan persoalan khalayak.
b.Tiap media massa memiliki cara penyajian yang khas, misalnya dalam penggunaan bahasa, istilah, maupun jargon-jargon yang disesuaikan dengan khalayak sasaran masing-masing. Penyajian yang khas ini sesuai dengan kesenangan khalayak mereka.
c.Pemuatan suatu karya jurnalistik selalu dengan mempertimbangkan misi media massa bersangkutan. Unntuk media Islam tentu tidak akan memuat tulisan atau gambar yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
d.Ruangan media massa sangat terbatas dan mahal. Maka setiap tulisan yang disusun harus memperhatikan besar ruangan yang disediakan. Bila perlu hitung jumlah karakter (hurup) maksimal yang bisa dimuat dalam ruangan tersebut.
Pada akhirnya kita harus ingat, bahwa yang paling berkuasa menentukan terpenuhinya kriteria suatu tulisan untuk dimuat sangat tergantung pada redaksi media massa yang bersangkutan. Redaksilah yang menentukan suatu tulisan layak dimuat atau layak dibuangnya ke kotak sampah. Kiranya perlu diingat tentang pendapat yang populer di kalangan para reporter, “Berita adalah apa yang menurut redaksi saya adalah berita” (Johnson, 1979 :33).
Mengenai syarat-syarat karya jurnalistik yang baik, J.B. Wahyudi (1996::3) mengajukan 10 syarat, sebagai berikut:
Tidak memihak, kecuali memihak kebenaran
Isi uraiannya berimbang.
Isi uraiannya adil
Isi uraiannya tidak melanggar azas praduga tak bersalah (presumption of innocence) dan tidak mempengaruhi jalannya persidangan suatu perkara (trial by the press)
Mengutamakan kecepatan dan kebenaran
Uraiannya ringkas, jelas, sederhana, dan dapat dipercaya
Uraiannya tunduk pada filosofi atau ideologi bangsa dan negara
Uraian bersifat bebas, tetapi bertanggung jawab
Tidak mencampuradukkan fakta dan pendapat pribadi
Tidak bertentangan dengan SARA.
Syarat-syarat yang diajukan oleh Wahyudi di atas lebih dititikberatkan pada syarat penulisan berita, namun juga perlu diperhatikan oleh para wartawan Indonesia dalam menulis karya-karya mereka.
D.KESIMPULAN
1.Jurnalistik berarti cara penyampaian isi pernyataan melalui media massa periodik. Dengan demikian ruang lingkup jurnalistik menyangkut tentang penyampaian isi pernyataan melalui suratkabar, majalah, kantor berita, radio, dan televisi (termasuk melalui situs internet).
2.Kegiatan jurnalistik mencakup kegiatan mencari dan mengumpulkan, mengolah (menulis dan menyunting), serta menyampaikan/menyajikan berita dan pendapat. Bidang pekerjaan jurnalis meliputi semua pekerjaan di bidang redaksional, mulai dari Pemimpin Redaksi sampai Reporter.
3.Hasil kerja jurnalistik adalah semua isi pernyataan (berita dan pendapat) yang dikerjakan bidang redaksi. Namun tidak semua hasil kerja para jurnalis tersebut merupakan karya jurnalistik. Salah satu ciri karya jurnalistik adalah berdasarkan fakta.
4.Karya jurnalistik tersebut terdiri dari Berita dan Pendapat. Berita terdiri dari berita mengenai peristiwa, berita mengenai pendapat, serta berita mengenai peristiwa dan pendapat. Sedangkan pendapat terdiri dari: tajuk rencana, pojok, karikatur, feature, kolom, artikel, dan surat pembaca.
5.Karya jurnalistik dimuat atas dasar kepentingan khalayak media massa yang bersangkutan. Layak tidaknya suatu tulisan untuk dimuat ditentukan oleh pertimbangan redaksi media massa yang bersangkutan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adinegoro, Pers dan Journalistik, Balai Pustaka, Jakarta 1948.
Berelson, B. dan Steiner, G.A., Human Behavior, Harcout Broce & Word, New York, 1954.
Bond, Frazer, An Introduction to Journalism, The Macmilan Company, Ontorio, 1969
Guralink, David B., Webster’s New World Dictionary, Simin & Schuter, New York, 1982
Hoeta Soehoet, A.M, Dasar-dasar Jurnalistik, IISIP Jakarta, 1990
Johnston, Donald H., Journalism and the Media, Barnes and Noble, New York, 1979
Kridalaksana, Harimurti, Leksikon Komunikasi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1984
Mappatoto, Andi Baso, Teknik Penulisan Feature (Karangan-Khas), Gramedia, Jakarta, 1992
Oetama, Jakob, Perspektif Pers Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1989
Pratikto, Riyono, Kreative Menulis Feature, Alumni, Bandung, 1984
Peneth, Donald, The Encyclopedia of America Jurnalism, Fact on File Publication, Vol.13, New York, 1983.
Rahman, A., Profil Suratkabar Harian Sumatera, tesis Pancasarjana IPB Bogor, 1993.
Sandman, Peter M. David M. Rubin, dan David B. Sachman, Media An Introduction Analysis of America Massa Communication, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 1982
Jumat, 31 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar